Penyesuain diri
Penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan
lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang
efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56). Penyesuaian diri adalah
suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu
berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri
dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam
Desmita, 2009:192).
1. Konsep
Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan
rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan
sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu
memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons
sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan
frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2. Proses
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah
proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan
sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna
tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang terjadi jika manusia/individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirnya dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dimana semua fungsi organisme/individu
berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempurna itu tidak pernah
dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat sutau proses
sepanjang hayat (lifelong process), dan tantangan hidup guna mencapai pribadi
yang sehat.
Respons penyesuaian,
baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai sutau upaya individu
untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi
keseimbangan sutau proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan
internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja
muncul konflik, tekanan, dan frustasi dan individu didorong meneliti berbagai
kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari tegangan. Individu dikatakan
berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi
kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
3. Karakteristik
Penyesuaian Diri
Tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut
ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif,
namun adapula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah.
Pertumbuhan Personal
Jelaskan konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan
personal
Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau
menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
Setiap individu
memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal
yang berada disekitarnya apakah hal itu
benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma
tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian.
Meliputi :
a. Penekanan
pertumbuhan. Penyesuaian diri & Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang
normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah)yang herediter dalam
bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin
nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
b. Variasi
dalam pertumbuhan
Variasi pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c. Kondisi
untuk tumbuh
Kondisi-kondisi untuk
bertumbuh Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik
dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara
intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon
mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh
dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).
d. Fenomenalisa
Pertumbuhan
Fenomenologi
pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang
dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia
dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi
tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi
Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut
(kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
Stress
1.
Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis,
emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian
seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini
maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik
atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan
bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa
yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti
atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan
karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu
persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya.
Arti Penting Strees :
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon
tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi
tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap
tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau
tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
2.
Efek –efek dari stress
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di
awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa
efek dari stress:
1. Local Adaptation Stres.
Local Adaptation Stress adalah ketika tubuh
menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini
contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan
masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek.
Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor
untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus,
dan respon bersifat restorative.
2. General Adaptation Syndrome
General Adaptation Syndrome adalah istilah penting
dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas tentang stress. Menurutnya ketika
organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk
melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas
sistem syaraf simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan
akibat stress itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome. GAS
terdiri dalam tiga fase :
Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase ini
tubuh dapat mengatasi stressor dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas
atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang mempercepat
katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya
mengacam ditandai dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
The stage of resistance (reaksi pertahanan). Reaksi
terhadap stressor sudah mencapai atau melebihi tahap kemampuan tubuh. Pada
keadaan ini, mulai timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut
juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya
kecewa diatasi dengan humor.
Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase
ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara
lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai
bentuk gangguan lainnya.
3.
Faktor-faktor penyebab stress
Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi
penyebab stress :
·
Sumber-sumber stress didalam diri seseorang : Kadang-kadang sumber
stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan.
Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu(sarafino,1990).
Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan
motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan
sumber stress yang utama.
·
Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di sini juga dapat
bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti :
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,
tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang
acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anak-anak
yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu
sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat
menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain
perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah
sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan
berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan
tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya
karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).
·
Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan : interaksi subjek
diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya :
pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif,
seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari
pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational
stress’ telah diteliti secra luas.
·
Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam kehidupan mereka
mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang
‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi
stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang
lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah :
·
Tuntutan kerja : pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja
terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.
·
Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’
dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan
yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru,
dan dosen.
· Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab
bagi kehidupan manusia : contohnya tenaga medis mempunyai beban kerja yang
berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya.
Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat
disebabkan karena :
a.
Lingkungan fisik yang terlalu menekan
b.
Kurangnya kontrol yang dirasakan
c.
Kurangnya hubungan interpersonal
d.
Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja
· Stress
yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang dimaksud disni adalah lingkungan
fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin
badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara
makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu
lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham,1989).
4.
Tipe-tipe stress jelaskan
Empat tipe stres yang dibagi dalam dua kelompok,
yakni positif stres dan negatif stres. Yang termasuk dalam positif stres adalah
eustres, yakni saat stres muncul, seseorang justru lebih produktif atau malah
lebih kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan.
Positif stres bisa membantu kita melakukan perubahan dalam hidup. Tak
sedikit yang berganti profesi atau menemukan jalan keluar yang jitu dari suatu
masalah. Positif stres juga membantu kita menyadari ada sesuatu yang salah dan
harus diperbaiki. Penemuan-penemuan penting dalam bidang teknologi atau disain
kreatif biasanya berasal dari stres tipe ini.
Yang
termasuk dalam kelompok negatif stres diantaranya adalahdistress. Perasaan
stres ini muncul saat seseorang sedang frustasi, takut, atau punya kemarahan
yang belum dilampiaskan. Bila terlalu sering mengalami distress, akibatnya
adalah tekanan mental. Kemudian ada juga understress, yang terjadi saat
seseorang mulai kehilangan tantangan. Manajemen kantor yang salah atau minimnya
kesempatan untuk berpartisipasi dan menunjukkan skill sering menyebabkan stres
tipe ini. Understressbisa mendorong kita pada masalah baru. Jenuh dan perasaan
tak berdaya adalah dua efek dari stres ini, akibatnya kita jadi kehilangan
motivasi untuk bekerja.
Tipe
negatif stres terakhir adalah over-stress. Stres ini terjadi setelah seseorang
bekerja keras atau berusaha berlebihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi
memenuhi tenggat. Kondisi ini terus berulang karena kita tak punya waktu untuk
break dan menarik napas sejenak, sehingga pikiran kita hanya terfokus pada cara
menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Over-stress bisa berakibat pada
berkurangnya kemampuan atau kreatifitas.
5.
Ceritakan apakah kalian pernah mengalami stress ? Bagaimana cara kalian mengatasi strees
tersebut
Y a saya pernah mengalami stress menghadapi
ujian .
Pendekatan Problem-Solving Terhadap Stres
Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang
bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan
lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya:
1)
Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres
-
Toleransi terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres
dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
-
Toleransi terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap
lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda
pemuasaan atau kesenangan.
-
Toleransi terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif
terbanyak dan efek emosionalnya.
-
Toleransi terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa
mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar
menghadapi situasi yang membuat kita cemas.
2)
Pendekatan Yang Berorientasi Tugas
a.
Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada
usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak
orang lain.
b.
Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stress tidak dapat
dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi
stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti
kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.
c.
Berkompromi. Biasa digunakan apabila agen sumber stress memiliki
otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama memaafkan (Forgiveness),
mengharap hal baik (Hope), gembira (Humor). Adapun Tiga tipe kompromi
diantaranya :
-
Comformity. Merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur
umum yang berlaku.
-
Negotiation. Secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi
stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada
kompromi karena sifatnya mutual.
-
Substitution. Memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai
tujuan yang sama.
3)
Pengelolaan Stres
Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan tiga
langkah sederhana, yaitu dengan mengenali stres yang kita alami, pahami
dampaknya bagi kita (fisik, emosi, perilaku), dan strategi pengendalian stress
(penundaan, antisipasi, pengelolaan).
Ø Strategi
Menghadapi Stres.
a.
Coping.
-
Emotion Focused Coping: usaha individu mengatasi reaksi emosional dari
stres yang dialami.
-
Problem Focused Coping: usaha individu untuk merubah lingkungan atau
menemukan solusi untuk menghilangkan stressor. Dapat membantu kita mengatasi
stres apabila kita memahami gaya coping kita (fisik behavioral), cerebral
(kognitif), atau emosi.
b.
Kendali Diri (self-control)
- Efikasi
diri. Efikasi diri merupakan perasaan mampu individu untuk melakukan suatu
tindakan tertentu. Efikasi diri membantu seseorang untuk mengurangi respon
terhadap stress yang dihadapinya (Bandura, 1982; Lazarus & Folkman, 1987).
-
Hardiness. Hardiness merefleksikan karakteristik individu yang memiliki
kendali pribadi, mau menghadapi tantangan, dan memiliki komitmen. Tingkat
hardiness seseorang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap stresor
potensial dan respon terhadap stres-nya (Maddi & Kobasa, 1984).
-
Mastery. Merupakan perasaan mampu mengendalikan respon stres yang muncul
pada dirinya. Tingkat mastery memiliki hubungan dengan respon stress seseorang
(Karasek & Theorell, 1990).
c.
Modifikasi Lingkungan
-
Asertif. mengekspresikan hak dan perasaan kita tanpa melanggar hak orang
lain.
-
Menghindari jika perlu. Beralih secara fisik maupun emosional dari
aktivitas atau kelompok atau individu yang memunculkan stres. Dilakukan apabila
asertif dan kompromi tidak berhasil.
-
Berkompromi ketika dapat saling menyesuaikan.
d.
Memperkuat Gaya Hidup
-
Membangun toleransi terhadap stress, dengan memahami seberapa batasan
kita dapat bertahan dari stres tanpa munculnya perilaku yang irasional.
- Mengubah langkah hidup, merubah kebiasaan
hidup kita menjadi lebih tahan stres, misal: berjalan lebih lambat, bangun
lebih pagi, sempatkan sarapan, hindari menunda pekerjaan, konsentrasi pada
pekerjaan (matikan telepon), berkumpul dengan teman, lakukan aktivitas santai,
hindari kafein-alkohol-obat.
-
Mengendalikan pemikiran yang mengarah pada distress, dengan berpikir
positif, libatkan pada aktivitas humor dan tertawalah.
-
Mencari pertolongan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
dengan mengikuti workshop: asertivitas, keterampilan sosial, manajemen stres.
Carilah dukungan sosial: teman, pasangan, keluarga, sahabat. Jangan mencari
teman hanya pada saat anda kesulitan!
Ø Tips
Pengendalian Stres (Pemecahan Masalah Sistematik)
-
Identifikasi situasi yang penuh stress
-
Stres itu wajar, merupakan masalah yang dapat diselesaikan
-
Diskusikan/ curah pendapat dengan orang tua, guru, teman, dankeluarga
-
Antisipasi berbagai kemungkinan pemecahan masalah
-
Pilih satu solusi
Ø Pendekatan
Lingkungan
Pendekatan ini memiliki dua dimensi:
-
Dimensi Lingkungan Fisik, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan sarana
(gizi) yang menyertai.
-
Dimensi Lingkungan Kimiawi Dan Biologis, yang terkait dengan:polusi,
radiasi, virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah
Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto:
STAIN press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar