Sabtu, 19 Maret 2016

KESEHATAN MENTAL (TUGAS 1)

TUGAS 1
RESVITA FITRI ANGGRAENI
19514102

KONSEP SEHAT
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep-konsep kesehatan dikembangkan berdasarkan :
1.      Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
2.      Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya ,berhenti sejenak dan memijit pada bagian kaki yang keseleo saat bermain futsal.
3.      Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik
4.      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Misalnya , ketika di diagnosa menderita penyakit kronis , adakalanya selalu memohon dan meminta kesembuhan kepada Allah swt.
5.      Dimensi fisik
sehat yang dimana seseorang memiliki fisik yang sehat dimana tidak mengalami cacat atau sebagainya. Tidak pernah mengeluh karena sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak Nampak. Anggota tubuk berfungsi normal dan tidak ada gangguan.

SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan dapat dengan  mudah diamati dan terlihat. Orang dengan gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental. Dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Penyakit mental sama usianya dengan manusia. Meskipun secara mental belum maju, nenek moyang homo sapiens mengalami gangguan-gangguan mental seperti halnya dengan homo sapiens sendiri. Mereka dan keturunan mereka sangat takut akan predator. Mereka menderita berbagai kecelakaan dan demam yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orang-orang lain dalam perkelahian-perkelahian. Sejak itu manusia dengan rasa putus asa selalu berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya dan memulihkan kesehatan mental. Mula-mula penjelasanya sederhana, ia menghubungkan kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budaya sering membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai penderita gangguan mental.
Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat, antara lain adalah akibat kekuatan supranatural, dirasuk oleh roh/setan, dianggap kriminal karena memiliki derajat kebintangan yang besar, dianggap memiliki cara berpikir irasional, dianggap sakit, merupakan reaksi terhadap tekanan/stres, merupakan perilaku maladaptif, melarikan diri dari tanggung jawab.
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
1.      Orientasi Klasik
Pada umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya aalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu emngurus dirinya sendiri secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata "sehat". Sehat atau tidak adanya seseorang secara mental, belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
2.      Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena itu kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukkan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sehat mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? sehatkah mentalnya? atau sakit? orang itu tidak dapat dinilai sebagai ssehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
3.      Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan sirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukkan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukkan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan  tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangkan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.



TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

1.      Aliran Psikoanalisis
     Pencetus awal Psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Freud pada awalnya mengembangkan teorinya mengenai struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yakni perilaku dan pikiran. Freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu, meliputi :
1.      ID
ID adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. ID terdiri dari dorongan-dorongan biologis seperti makan, seks, dan agresifitas. Menurut Freud, ID adalah sumber segala energi psikis sehingga menjadi komponen utama kepribadian.
    2.  EGO
EGO adalah komponen kepribadian yang disebut prinsip realitas "reality principle". EGO menyesuaikan diri dengan realitas. EGO bekerja berdasarkan prinsip-prinsip realitas yang berusaha untuk memuaskan keinginan ID dengan cara yang realitas dan sosial yang sesuai.
   3. SUPEREGO
SUPEREGO disebut prinsip moral, yakni mengontrol perilaku dari segi moral. SUPEREGO memberikan pendoman untuk membuat penilaian.
·         Kepribadian yang sehat menurut Psikoanalisis :
Menurut Freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan dengan belajar.
Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari SUPEREGO terhadap ID dan EGO.
Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada menilainya.
Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan.
2.      Aliran Behavioristik
     Behavioristik merupakan aliran yang di dirikan oleh J.B.Watson. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh Behaviorisme diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L.Thorndike, B.F.Skinner. Watson dalam berbagai eksperimennya mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku.
·         Kepribadian sehat menurut Behavioristik
Memberikan respon terhadap faktor dari luar, seperti orang lain dan lingkungan.
Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman.
Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.
3.      Aliran Humanistik
    Aliran Humanistik merupakan kontribusi besar dari psikolog-psikolog terkenal seperti Carl Rogers, Goldon Allport, dan Abraham Maslow. Humanistik memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal.
      Menurut Aliran Humanistik kepribadian yang sehat dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat di dalam dirinya sendiri. Bukan hanya mengandalkan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu. Ciri dari kepribadian yang sehat adalah mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
4.      Pendapat Allport
Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri  telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian yang sehat. Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian sehat. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.

Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuaan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.

REFERENSI
Semioun, yustinus.2006. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : Kanisius
ustinus Semiun. OFM. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta : Andi
Schultz, Duane. 1977. Psikologi Pertumbuhan (terj.). Yogyakarta: Kanisius.
Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.